phone: +361 5531030
e-mail: semangatyudi@yahoo.com

GRUNGE STRIKES BACK!!! [ yang suka grunge silakan baca ini]

ALL ABOUT GRUNGE
Buat Kawan-kawan yang suka ama musik Grunge kaya :
# 7 Year Bitch # Alice in Chains
# Blood Circus # Babes in Toyland
# Green River # Gruntruck
# Hammerbox # Hole
# L7 # Love Battery
# Mad Season # Malfunkshun
# Melvins # Mono Men
# Mother Love Bone # Mudhoney
# My Sister's Machine # Nirvana
# Pearl Jam # Paw
# Pond # Screaming Trees
# Silverchair # Skin Yard
# Soundgarden # Sonic Youth
# Stone Temple Pilots # Tad
# Temple of the Dog # The Fluid
# The Nymphs # Truly
# The U-Me # Smashing Pumpkins

( bro kalo nama bandnya ada yang kurang tolong kasi tau yah.. aku ga hafal semuanya nih ok!)

Silahkan kita share disini mulai dari :
*Info band-band GRUNGE lokal, Internasional
*Acara-acara grunge,
*Info cd, kaset band grunge,
*Video
*Poster
*Merchandise
apa kek..,yang pasaran yang langka terserah deh..
Pokonya Apapun yang penting bisa bikin kita semangat lagi
dengerin musik GRUNGE nonton scene GRUNGE.

Kalo lo punya band grunge silahkan promoin band lo disini bos BEBAS!!!
Biar kita saling membangun, Inget bro... jangan saling ngejatohin ya!!!
Saling support aja kita ok!!

so mari kita maju bareng-bareng ok

GRUNGE STRIKES BACK!!!!!!!






"Daya tarik hidup tidak muncul dari penolakan terhadap, melainkan juga justru dari sikap gembira merayakan kontradiksi" (Hikmat Budiman "Lubang Hitam Kebudayaan"; 2002)

Musik grunge secara terpisah mungkin adalah hasil keter-isolasi-annya dari scene musik lain. Sebagaimana yang dituturkan oleh Jonathan Poneman dari Sub Pop yang menggambarkan sebagai berikut: " Seattle adalah sebuah contoh sempurna kota kelas dua yang mempunyai scene musik aktif namun sama sekali tidak diperhatikan oleh media-media Amerika yang cenderung lebih menyoroti scene Los Angeles dan New York ". Arm dari Mudhoney mengklaim bahwa isolasi tersebut dapat diartikan sebagai, "salah satu sudut pada peta ini, sangat potensial untuk mengubur ide-ide seseorang satu sama lainnya".

Di Amerika sendiri, grunge bisa digolongkan masuk dalam kategori komunitas yang sebagian terbesar dari mereka adalah pendukung apa yang biasa disebut sebagai "Youth Culture", sebuah subkultur yang sering mengundang kecemasan sekaligus dituding sebagai penyebab kemerosotan peradaban Barat oleh kelompok-kelompok konservatif dalam masyarakat borjuis.

Sikap bertahan terhadap ke-terasing-an dan ke-terisolasi-an dari komunitas musik lain di scene kota Seattle inilah yang memotivasi para musisi tersisih di Indonesia. Mereka menerima sikap sebagai semacam ideologi, maupun falsafah bagi eksistensinya. Para musisi tersisih ini, untuk selanjutnya berkumpul, bergabung, berbagi ide, untuk kemudian membentuk komunitas.

Pentingnya 'tanda-tanda' bagi komunitas tersebut, tak kurang adalah berfungsi untuk penandaan identitas kelompok. Apabila dalam komunitas musisi punk, dicirikan dengan rambut mohawk, asesoris rantai, tindikan serta tatto, maka komunitas grunge menggunakan kemeja flannel, sepatu Converse atau Doc. Marten, penampilan lusuh dan awut-awutan dalam penunjukan identitasnya.

Tanda-tanda itu menjadi sedemikian pentingnya dalam penunjukan identitas komunitas sehingga kadang melupakan hakikat sebenarnya, mengapa atau darimana tanda-tanda tersebut berasal.Sebagai contoh, penggunaan sepatu Converse, adalah hanya karena Cobain memakainya. Padahal sebagaimana ditulis di buku ini pada bagian budaya berpakaian grunge, di negara asalnya, penggunaan Converse didasari kenyataan bahwa sepatu tersebut murah dan nyaman dipakai. Begitu juga halnya dengan penggunaan kemeja flannel, dimana di Seattle, cuaca dalam sekejap bisa tidak bersahabat, dan udara menjadi dingin. Pemakaian tanda-tanda dengan sikap membuta inilah yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis untuk mengeruk keuntungan sebanyak mungkin dari komunitas grunge.

Dan ketika terjadi krisis finansial global melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia , kita dihadapkan pada satu kemungkinan, para pelaku bisnis kemungkinan besar akan kembali mengeruk keuntungan dengan mengembalikan grunge sebagai trend. Seperti yang dikutip dalam "Financial Crisis to Bring Back Grunge" sebagai berikut:

Bagaimanapun, saat krisis finansial seperti ini zombie grungers akan bangkit lagi. Semenjak semua orang berbelanja barang-barang bekas pakai, kita semua dalam waktu setengah tahun akan menjadi Kurt cobain dan Courtney Love. Hanya dengan cara mengingatkan semua orang apa itu grunge sesungguhnya.

Dalam argumentasi sosiolog Jean Baudrillard (1970), aktifitas konsumsi dalam masyarakat kontemporer adalah aktifitas yang melibatkan manipulasi aktif atas tanda-tanda (signs), karena yang dikonsumsi kini pada dasarnya bukanlah objek-objek melainkan sistem objek-objek, sistem tanda yang menghasilkan kode-kode tertentu.

Atas segala keterasingannya, komunitas grunge berusaha kuat ber"sikap gembira merayakan kontradiksi". Mereka merayakan ke-tersisihan-nya dengan membuat 'tanda-tanda' bagi komunitas tersebut. Dimana 'tanda-tanda' tersebut seharusnya tak lebih adalah refleksi secara langsung atau kode atas pernyataan "aku bukan kalian!".


(Tulisan diambil dari buku: GRUNGE INDONESIA "Subkultur Para Pecundang"; YY; 2009)

nirvana



0 komentar: