phone: +361 5531030
e-mail: semangatyudi@yahoo.com

Semoga semua makhluk damai dan berbahagia

Setelah membaca notes Choro tentang peristiwa kekerasan yang terjadi beruntun akhir - akhir ini, saya menyadari bahwa memang ada deviasi nilai di masyarakat. Salah satu aspek sudah dibahas oleh Choro bahwa kita sudah terbiasa dengan peristiwa kekerasan, apalagi ekspose kekerasan di media seperti televisi kita konsumsi setiap hari. Sama seperti kita minum air putih. Biasa banget. Akhirnya, ketika kita melihat peristiwa kekerasan yang melibatkan isu - isu sensitif seperti SARA, kita tidak bergeming. Seperti minum air putih, diteguk sebentar untuk dinikmati kemudian ditinggalkan.


Aspek lain yang pasti muncul, apalagi dalam kerangka SARA adalah munculnya sentimen negatif pada kelompok tertentu yang HANYA disulut oleh SMS yang nggak jelas asal usulnya. Bahkan ketika nggak dibalut unsur SARA, seperti yang terjadi di Sulawesi, ada isu penculik dengan ciri - ciri tertentu yang dihembuskan via SMS, membuat masyarakat kalap ketika menemukan seseorang yang sesuai ciri - ciri tersebut dan tanpa basa basi menghabisi nyawa orang tersebut. Belum lagi ada media massa yang berbadan hukum yang turut menghembuskan isu yang belum tentu benar. Makin lengkaplah! Saya yang nggak ikut - ikutan terlibat di dalam konflik tersebut, jadi ikut terbawa punya persepsi negatif yang nggak perlu.


Ya, kita semua pasti akan mengatakan bahwa agama kita yang terbaik, nabi kita adalah yang terhebat dan satu - satunya di dunia yang patut disembah. Dewa / dewi kita adalah yang mahakuasa. Silakan saja. Tapi agama / keyakinan orang beradab adalah mengutamakan sikap beradab di atas sikap barbar. Tahu kan bedanya orang beradab dengan orang barbar?


Saya nggak tau apakah saya punya solusi atau enggak. Tapi saya ingin menyerukan bahwa kita semestinya beragama dengan NURANI dan AKAL SEHAT. Dua hal itu adalah nilai universal manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna (ini adalah klaim agama). Dalami agama / keyakinan anda dengan baik, aplikasi dalam kehidupan duniawi dengan dibalut nurani dan akal sehat. Mestinya yang tercipta adalah suasana damai belaka.


Sebagai penutup, di saat seperti ini, ada sebuah kutipan yang berasal dari inti ajaran agama Buddha yang relevan untuk mendamaikan suasana: "Semoga semua makhluk damai dan berbahagia".

0 komentar: